Minggu, 22 Juni 2014
Jumat, 20 Juni 2014
Kamis, 12 Juni 2014
Hotel Majapahit
Judul: Hotel majapahit
Media: Pen di atas kertas
Artis: Delta Y Perdana
Ket:
Hotel Majapahit didirikan pada tahun 1910 dengan nama
Hotel Oranje. Pemiliknya adalah orang Amenia bernama Lucas
Martin Sarkies yang menggeluti bisnis perhotelan. Pada
tahun 1936, hotel mengalami penambahan bangunan pada
bagian depan. Bangunan tambahan tersebut bergaya art
deco seperti yang terlihat pada gambar. Hotel ini beberapa
kali berpiundah kepemilikan. Yamato Hoteru hingga 1945
ketika Belanda kembali datang dan merebut kembali hotel ini
kemudian keluarga Sarkies kembali memiliki hotel ini pada
tahun 1946. Tahun 1969 sebuah grup pengusaha lokal membeli
hotel ini. Nama kembali berubah menjadi Majapahit.
Tahun 1945, terjadi insiden Hotel Yamato atau insiden
perobekan bendera yang amat dikenal dalam sejarah
perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik
Indonesia. Hingga kini lokasi insiden tersebut dapat dilihat
oleh masyarakat yang jalan melewati depan hotel.
Senin, 09 Juni 2014
Balai Pemuda
Judul: Balai Pemuda Surabaya
Media: Pen di atas kertas
Artis: Delta Y Perdana
Ket:
Gedung Balai Pemuda dibangun tahun 1907. Gedung ini
dahulunya merupakan tempat rekreasi orang-orang Belanda
untuk pesta ria, dansa, juga sebagai tempat bowling, dan
kegiatan dunia gemerlap lainnya dengan nama De
Simpangsche Societeit. Di jaman kolonial, pribumi dilarang
masuk gedung ini. Kecuali mereka yang memiliki kedudukan
sosial tinggi. Selebihnya adalah pribumi yang bekerja sebagai
pelayan yang diizankan masuk.
Saat ini gedung ini bernama Balai Pemuda yang berfungsi
sebagai tempat penyelenggaraan berbagai acara yang
berkaitan dengan kegiatan kepemudaan dan kesenian, dan
sekaligus digunakan sebagai Surabaya Tourism Infromation
Centre (Pusat Informasi Wisata Surabaya).
Sabtu, 07 Juni 2014
Studio Arsitektur Dieng Wonosobo
Bangunan ini adalah materi untuk sayembara yang saya ikuti. Pada akhirnya saya tidak pernah mengirimkan sayembara itu karena tak selesai.
Terkadang saya bermimpi untuk pensiun dini, mendirikan studio arsitektur di pegunungan yang sepi, jauh dari kepadatan Jakarta. Mengerjakan proyek-proyek nan jauh disana sambil bercelana pendek saja. Berkomunikasi lewat internet. Tiap hari saya bisa menyelingi hari dengan melukis pedesaan, gunung dan pepohonan. Atau bercocok tanam di kebun kecil sekitar studio. Jika malam tiba, udara akan sangat dingin, saya dan rekan-rekan kerja bisa nongkrong sambil meynalakan api unggun, bakar jagung dan berbincang apa saja. Warga kampung sekitar juga boleh ikut. Di akhir pekan mungkin saya bisa membuka sanggar lukis untuk anak-anak.
Jadi tahukan kenapa sayembara itu tak pernah selesai saya kerjakan. Karena saya tidak pernah benar-benar memikirkan arsitekturnya. Saya memikirkan kehidupan di dalam arsitekturnya.
Ob-la-di Ob-la-da life goes on.
Langganan:
Postingan (Atom)