Selasa, 31 Agustus 2010

Arsitek Kadang Suka Mengada-Ada


Privasi : Perenungan dari Rumah Silaban




Ada satu hal yang saya tolak dari pemikiran Silaban, yaitu mengenai privasi. Di salah satu artikel, Silaban menyatakan

"Pada Kenyataannya, hampir semua aktivitas manusia tidak memerlukan privasi. Di Jepang, contohnya, mereka menyatakan bahwa di dalam rumahnya dinding tidak terlalu diperlukan".

Rumah pribadi Silaban bahkan memiliki nilai privasi rendah. Selain kamar tidur utama, dapur dan garasi, semua ruangan tak benar-benar tertutup 100%.

Menurut anaknya, Panogu, semua kamar anak-anaknya tak memiliki privasi yang cukup. Silaban pernah berkata, "Jika kamu ingin privasi, kamu dapat pindah dan hidup di rumahmu sendiri sebab ini rumahku". Ajaib, pemikiran seprti ini keluar dari manusia yang menjunjung nilai kemoderenitasan.

Mungkin cara pandang kita berbeda mengenai hal ini walaupun saya sepaham dengannya dalam menjunjung tinggi nilai kenyamanan. Lalu apa itu kenyamanan sebenarnya. Tiap manusia, desainer, arsitek, punya beragam jawaban.

"Atap adalah Keseluruhan Rumah!", kata Silaban. Dari Mangunwijaya, Silaban, bahkan anak bawang seperti saya pasti mengangguk setuju. Atap mempengaruhi kenyamanan thermal. Atap mempengaruhi kenyamanan cahaya. Jadi apakah thermal mempengaruhi kenyamanan? Ya. Apakah cahaya mempengaruhi kenyamanan? Ya. Apakah privasi juga mempengaruhi kenyamanan? Saya pribadi menjawab YA dengan huruf besar. Pelajari kembali perilaku manusia!

Renungkan!
* Andaikan kamar yang disewa Ariel tak beratap dan berdinding, tak berprivasi, pasti ia tak nyaman membuat film box office
* Andaikan markas Osama bi Laden Tak beratap dan berdinding, tak berprivasi, pasti ia tak nyaman karena merasa selalu diintai satelitnya Bush
* Andaikan mobil anda tak beratap dan berjendela gelap, nyamankah anda berselingkuh di dalamnya?



beberapa dibajak dari
mAAN.2008.Rumah silaban.mAAN Indonesia Publishing
Nelson, Charles. Managing Quality in Architecture
http://www.flickr.com/photos/21635913@N03/3023943739/