Jumat, 22 Juni 2012

Pameran Lukis Raden Saleh


Apa yang terjadi di galerinasional Jakarta pada bulanJuni 2012 adalah hal yang tidak biasa. Indonesia, Negara berpenduduk 238 juta jiwa menurut perkiraan di tahun 2011 yang memiliki 300 etnis dengan berbagai budayanya  yang tersebar di  17.508 pulau yang memiliki sekian galeri berkualitas baik. Sekian bukan berarti banyak, sekian dapat berarti jumlah yang sedikit, amat sedikit untuk suatu negara yang memiliki 238 juta penduduk.


Sesuatu yang terjadi di galeri nasional Jakarta pada bulanJuni 2012 adalah digelarnya pameran lukis Raden Saleh. Pameran yang mengundang euforia. Antrian sudahterasa di pintu masuk galeri. Mungkin ini satu-satunya pameran lukis yang menghasilkan antrian terpanjang di Indonesia. Antrian yang unik yang pernah terjadi di Indonesia karena semua golongan bercampur baur pada antrian tersebut. Jika kita biasa melihat kaum miskin kota antri sumbangan sembako di masjid atau gereja, atau antrian kaum kaya untuk masuk kebutik LV, maka di galeri nasional semua berbaur kaya, miskin, harum, busuk, pejabat, karyawan bawahan, mahasiswa seni, mahasiswa teknik, guru, seniman, gay, pria normal,bule, india, inlander, semua harus antri (kecuali tamu khusus).


Tingginya antusias masyarakat Jakarta dan sekitarnya untuk menghadiri pameran lukisan Raden Saleh memang patut diapresiasikan dengan meningkatkan intensitas kegiatan-kegiatan seni dan budaya serupa. Memang tak ada data valid yang menyatakan berapa persen pengunjung yang benar-benar menikmati acara seni seperti ini dan berapa persen yang menghadirihanya atas dasar eksistensi sebagai bagian dari kaum urban.Teknologi membuat semua informasi beredar cepat, event berkelas dapat diketahui jauh-jauh hari dan sosial media membuatsemua orang merasa harus aktif dengan kegiatan yang sedang in sehingga dapat menulis status “saya sedang melihat pameran lukis Raden Saleh”.

Apa pun alasan pengunjung, mengunjungi galeri sepulang kantor, atau menonton teater di akhir pekan seharusnya menjadi suatu alternatif yang bisa ditawarkan oleh negara sekelas Indonesia, alih-alih menghabiskan jam pulang kantor dan akhir pekan dari mall ini ke mall yang lain. Bukankah semakin banyak alternative, hidup akan semakin menarik?