Ada Apa Dengan Cinta berkisah tentang percintaan remaja SMA bernama Cinta dan Rangga. Film berakhir dengan perpisahan mereka di Bandara karena Rangga harus pindah ke luar negeri. Bukan akhir yang bahagia.
Indonesia adalah negeri yang latah. Melihat kesuksesan yang luar biasa, Ada Apa Dengan Cinta dibuat kelanjutannya dalam format serial televisi (sinetron). Berkisah tentang sekembalinya Rangga ke Indonesia dan hubungan percintaannya dengan Cinta. Serial TV Ada Apa Dengan Cinta berkesan memaksa dan berorientasi meraup untung dengan memanfaatkan euforia film bioskopnya. Terbukti dengan semua aktor dan aktrisnya adalah pemain baru. Kualitas yang buruk ini cukup mengecewakan penggemar. Bahkan yang lebih parah adalah serial TV merusak kenangan orang akan kisah di filmnya.
Saya pribadi, dan banyak penikmat film sependapat bahwa salah satu kenangan dari film Ada Apa Dengan Cinta adalah saat adegan perpisahan di bandara. Setelah itu film berakhir. Apa yang terjadi selanjutnya, biarlah menjadi misteri yang dibawa mati penonton. Misteri yang tak terpecahkan adalah salah satu kenikmatan menonton film.
...
Suatu malam saat saya membuka facebook, tak sengaja melihat foto yang diunggah teman facebook saya, seorang arsitek senior Indonesia. Foto yang membuat miris. Foto itu adalah foto taman yang baru dibuat di museum wayang Jakarta.
Museum wayang Jakarta adalah sebuah museum wayang yang menempati bangunan tua bekas gereja yang didirikan sejak tahun 1640 dan beberapa kali mengalami renovasi. Oleh pemerintah bangunan ini dikategorikan sebagai bangunan cagar budaya. Karena itulah penanganan bangunan ini tak bisa sembarangan. Perlu ilmu dan keahlian khusus tentang arsitektur cagar budaya. Untungnya bangunan ini pernah dipugar oleh arsitek senior yang berkompeten dibidangnya.
Ketika saya mengunjungi museum wayang tahun 2012, saya sangat menyukai area courtyardnya. Cahaya masuk dengan bebas menyapu dinding bata merah. Halaman courtyard berupa rumput membuat saya merasa nyaman duduk disitu melihat komposisi yang cantik. Ditambah lagi ada satu bagian penting dari bangunan ini yaitu prasasti makam Jan Piterszoon Coen, mantan gubernur jendral Hindia Belanda masih dipertahankan dan berdiri dengan kokoh di courtyard.
Seperti film Ada Apa Dengan Cinta, museum wayang bukanlah bangunan dengan desain yang terbaik dimasanya. Renovasi desainnya pun bukanlah renovasi desain terbaik dimasa kini. Tetapi saya selalu percaya, yang tak akan pernah bisa dikendalikan oleh arsitek adalah menciptakan kenangan akan ruang.
Courtyard museum wayang memberikan kenangan kuat bagi saya dan banyak orang lain tentang bangunan itu. Favorit saya adalah duduk menghadap prasasti makan Jan Pieterzoon Coen, dengan latar depan rumput hijau dan latar belakang dinding bata. Semuanya selaras. Lingkungan didesain tak harus berteriak, biarkan jiwa kita duduk dengan tenang di courtyard menikmati cahaya matahari menyapu material yang ada.
Saya tidak tahu apakah ratusan tahun yang laku warga Hindia Belanda juga merasakan apa yang saya rasakan di tahun 2012 ketik mengunjungi bangunan itu.
Tetapi satu yang saya tahu bahwa kenangna saya dirusak oleh renovasi berlebihan pada courtyard museum wayang. Courdyard rumput yang tadinga tenang diganti menjadi kolam buatan dengan disain kualitas rendah. Tak ketinggalan pohon bekas ditebang palsu dari beton dicat menyerupai warna pohon. Ah, sedih melihat bangunan cantik dirusak oleh renovasi desain kelas bawah. Itu juga yang saya rasakan ketika dulu menonton serial TV Ada Apa Dengan Cinta.
...
Kadang kala saya berpikir bahwa biarlah kenangan itu tercipta setelah apa yang kita alami atau rasakan hilang atau tergantikan dengan yang baru. Kisah Rangga dan Cinta telah menjadi kenangan. Suasanan courdyard museum wayang yang cantik dan damai pun kini hanya kenangan. Beruntungnya saya pernah mengalami kenangan indah ini.
*Foto oleh Bambang Eryudhawan http://www.facebook.com/photo.php?fbid=10151537900288104&set=a.142851913103.112889.814518103&type=1&relevant_count=1
Published with Blogger-droid v2.0.4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar